LITERATURE RIVEW
KAJIAN TEORI EMOTIONAL DESIGN
( di ajukan sebagai memenuhi tugas
mata kuliah kajian seni rupa dan desain )
Di susun oleh :
Mega Zulfia ( 202246500268 )
R4D
Kemajuan
teknologi yang ada saat ini membuat produk menjadi lebih murah dan massal,
dengan keberagaman variasi yang hampir serupa. Hal inilah yang membuat orang
akhirnya bosan terhadap produk yang itu-itu saja dan akhirnya, konsumen
mengalami perubahan sikap dan persepsi pada produk, yaitu mereka mencari produk
yang memiliki nilai emosi yang mengena kepada mereka. Pendekatan emotional
design adalah desain dengan memperhatikan respon emosional konsumen pada
perancangan produk, faktor emosi dijadikan nilai tambah yang menjadi pembeda
antara produk-produk yang memiliki fungsi yang sama. Paper ini mencoba
memamparkan perkembangan teori emotional design mulai dari sejarah, teori –
teori dari beberapa pakar emotional design, alat dan metode penelitiannya.
Kesimpulan yang didapat dari studi ini adalah bahwa faktor estetika dan faktor
orang sangat berpengaruh dalam menghasilkan desain yang dapat berbicara secara
emosional kepada penggunanya. Emosi
menjadi faktor penting
yang harus diperhatikan oleh pemasar. Hal tersebut tidak lain
karena proses pengambilan
kepu-tusan konsumen tidak
terlepas dari kondisi emosionalnya (Gobe,
2005). Emosi sendiri oleh Gobe
(2005) di definisikan.
Hubungan
emosi dengan desain :
Bagaimana
perlilaku (behavior) manusia Seringkali seseorang dapat membuat keputusan
secara irasional karena berdasar pada apa yang dirasakan lalu membenarkannya
secara rasional (Damasio, 1994). Semakin tinggi dan intens pengalaman emosi
yang dirasakan, makin rendah pula kemampuan seseorang untuk menimbang secara
sadar pro dan kontra sebuah situasi. Selain itu pula, hasil penelitian pasar (market
research) juga menunjukkan sangat sedikitnya konsumen yang membuat keputusan
murni berdasarkan fungsi dari suatu produk (Roberts, 2004). Mayoritas konsumen,
memutuskan menggunakan pikiran dan emosi mereka. Para peneliti mengambil
kesimpulan bahwa seseorang “merasakan” sebelum “mengerti”, hal ini berarti
masyarakat pada umumnya akan memiliki faktor emosional terlebih dalulu dari
pada faktor kognitif. faktor emosi dan kemampuan afektif seseorang lainnya,
seperti mood, perasaan, dan kepribadian berpengaruh pada setiap aspek interaksi
menusia dalam hidupnya, hal ini juga berpengaruh dalam interaksinya dengan
brand, produk, dan website (Forlizzi & Battarbee, 2004). Menurut Cagan dan Boatwright
(2010), pembeli membeli produk dikarenakan dua alasan yakni, fungsi produk
(product function), dan alasan impresi emosi dari produk tersebut (product
emotion). Alessi (2001) mengatakan bahwa saat ini makin banyak orang membeli
barang untuk pemuasan intelektual dan spiritual. Orang tidak membeli teko,
coffee maker, maupun pemeras lemon dari Alessi - sebuah perusahaan dari Italia
yang menjual peralatan rumah tangga, karena mereka membutuhkannya untuk memeras
lemon, membuat kopi, ataupun merebus air saja, namun karena alasan emosional,
yakni pemuasan intelektual dan spiritual tersebut.
Pengaruh
visualisasi desain kemasan
terhadap respon emosional :
Berdasarkan hasil
uji hipotesis dengan AMOS
22 diperoleh nilai
koefisiensi regresi visual desain
kemasan terhadap respon emosional sebesar
0,194 dengan C.R.
sebesar 0,940 < 2,0. Hal ini menunjukkan bahwa visual desain kemasan
berpengaruh positif terhadap respon emosional namun tidak
signifikan. Pengaruh positif menunjukkan bahwa naiknya persepsi
responden atas peringatan visual yang
ada dalam desain
kemasan rokok Sampoerna A
Mild maka akan
meningkat pula respon emosional
konsumen yang melihat desain
tersebut. Hal tersebut
juga berarti bahwa respon emosional dan perasaan responden terpengaruh
oleh peringatan visual tersebut, desain sebuah
produk merupakan ekspresi yang paling
ampuh dari sebuah merek yang
pada akhirnya membuktikan bahwa desain
berperan dalam menciptakan emosi dan
pengalaman indrawi (Gobe,2006). Hasil distribusi jawaban
responden atas pernyataan visual
desain kemasan, jawaban terbanyak adalah
setuju sebesar 51,82%
dan jawaban terbanyak responden
atas variabel emosional adalah
tidak setuju sebanyak 52,71%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa visual
desain kemasan rokok
Sampoerna A Mild dipersepsikan baik
oleh responden sedangkan responden
memiliki persepsi yang buruk
atas emosional yang
ditimbulkan dari efek visual
tersebut, yang berarti
baiknya penggunaan peringatan bahya
merokok secara visual yang
terpasang dalam desain kemasan rokok Sampoerna A Mild
mempengaruhi dan menciptakan
emosional yang buruk bagi
responden. Hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa
pengaruh visual desain kemasan
terhadap respon emosional tidak
signifikan yang berarti kesimpulan pada
sampel tidak berlaku
pada populasi atau tidak
dapat digeneralisasikan. hasil
ini tidak mendukung peneltian terdahulu
yang dilakukan oleh Demirbilek &Sener
(2003) dan sauer &
Sonderegger (2008) yang menyimpulkan bahwa
visual desain kemasan
berpengaruh terhadap emosi.
Pendekatan
tipe keuntungan (benefits)
Menurut
Jordan (2000) terdapat tipe keuntungan atau kesenangan yang berbeda, yang dapat
disediakan untuk menyenangkan user, yakni:
a.
Keuntungan hedonis (hedonic benefits)
Keuntungan
hedonis adalah keuntungan yang berasal dari kesenangan akan estetik dan sensori
seseorang yang didapat dari interaksi dengan suatu produk. Hal ini berkaitan
dengan penghargaan seseorang terhadap suatu produk yang berdasarkan
pertimbangan estetik. Sebagai contoh, kursi yang dirancang dengan baik, tidak
hanya nyaman, namun juga dapat dilihat sebagai suatu bentuk seni yang dapat
diapresiasi.
b.
Keuntungan praktis (practical benefits)
Keuntungan
praktis adalah keuntungan atau kesenangan yang didapat dari pemakaian produk
tersebut. Seperti mesin cuci, maka keuntungan praktis yang didapat adalah
pakaian bersih. Sedangkan lampu, maka keuntungan praktis yang didapat adalah
penerangan. Keuntungan praktis ini sifatnya masih kepada fungsional produk
tersebut.
c.
Keuntungan emosional (emotional benefits)
Keuntungan
emosional adalah keuntungan atau kesenangan yang ada karena adanya hubungan
seseorang dengan suatu produk. Seperti misalnya, dengan memiliki suatu barang,
hal ini memberi konsumen rasa bangga atau statusnya telah naik. Contoh lain
ialah, dengan memakai baju yang stylish maka kepercayaan diri seseorang akan
meningkat.
KESIMPULAN
:
Bedasarkan
pada beberapa jurnal yang membahas tentang kajian teori emotional desain ini bahwasannya teknologi desain pada era
sekarang yang sangatlah melesat merupakan sebuah kemajuan teknologi yang dapat
memberikan sebuah dorongan kreatif bagi kesenian dijama modern ini. Dari kajian
ini, dapat disimpulkan bahwa faktor emosi makin lama menjadi faktor penting
untuk diperhitungkan dalam desain. Beberapa model teori emosi dan desain
dipaparkan diatas dharapkan dapat membantu bagaimana memasukkan unsur emosi
dalam perancangan produk, agar akhirnya dapat menghasilkan produk yang
berbicara secara emosi kepada pengguna. Kesimpulan kajian ini dirangkum dalam
diagram dibawah ini. Dua faktor besar dalam emotional design adalah faktor
estetika yang dibentuk dari elemen dan prinsip desain, yang kedua adalah factor
orang yang dibentuk dari karakter, preferensi, sosial budaya dan usia orang tersebut.
Faktor estetika dicerna secara indrawi melalui kombinasi stimulasi elemen
desain yang akhirnya menghasilkan pengalaman estetis lanjut ke kontemplasi
makna dan akhirnya menghasilkan rasa emosi.
DAFTAR
PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar